Blog Archives
Inspirasi The Devil : Kenapa Iblis -Tidak Selalu- Berarti Buruk
Khusus untuk inspirasi Arkana Mayor, saya akan membahas dari berbagai sisi sebuah kartu di tiap postnya. Dan saya akan lebih menekankan sisi ‘melawan arus’nya dari sebuah kartu. Harapan saya, agar pembaca bisa melihat suatu kartu menjadi lebih objektif. Kartu yang sekilas terlihat bagus, juga memiliki makna yang buruk; pun kartu yang sekilas terlihat buruk, juga memiliki makna yang baik.
Seringkali dalam bacaan kartu tarot, apabila keluar kartu The Devil, seringkali kita sebagai tarot reader (bahkan di berbagai film layar lebar sekalipun), menginterpretasikan sebagai sesuatu yang jahat ataupun sesuatu yang sangat buruk bisa terjadi.
Dan memang dalam berbagai literatur tarot pun, kartu The Devil, identik dengan godaan hasrat, tidak terbatas berarti godaan seksual saja, tapi bisa dalam artian godaan untuk ketergantungan akan narkotika, ketergantungan akan sebuah hubungan yang toxic/ beracun. Mungkin saking sudah tertanamnya di benak manusia, sehingga ada istilah populer bagi orang yang terjebak di sesuatu yang negatif terus – menerus : Terjebak Dalam Lingkaran Setan.
Hanya saja, apakah setiap kali keluar kartu The Devil tersebut, selalu berarti buruk?
Sebagai informasi, kartu The Devil sendiri, bila dikaitkan dengan astrologi, berada dalam ‘perlindungan’ zodiak Capricorn. Sebuah zodiak yang seringkali dianggap sebagai zodiak pekerja keras, berjuang gigih untuk mencapai tujuan.
Namun tujuan ala zodiak capricorn, seringkali lebih bersifat materi. Sehingga sangat wajar, apabila seseorang dengan zodiak Capricorn, mungkin sangat mementingkan status sosial minimal untuk diri sendiri. Pangkat dan berbagai pencapaian serta status materi menjadi faktor yang cukup penting bagi seorang berzodiak Capricorn. Dan tentunya, semua itu didapat dengan bekerja keras.
Apa Maksud Dari Makna “The Devil” Sendiri?
Kalau saya bisa merangkum dalam 1 kalimat, kalimat yang paling tepat adalah “Ada harga, ada barang.”
Yes, the devil disini maksudnya lebih menunjukkan ada hal yang harus dibayar untuk memperoleh sesuatu. Konteks membayar disini, tentunya seperti dalam praktik negosiasi dan perdagangan ada umumnya. Ada sesuatu yang harus ditukar untuk mendapatkan apa yang kamu mau.
Jadi, apabila kamu ingin mendapat mobil mewah, ya dengan cara membelinya/ menukar dengan uang; tidak ada uang? Ya kumpulkan uang dengan bekerja yang menghasilkan uang. Kamu ingin mendapatkan cinta si dia? Ya perlu berusaha mendekati dia, lepas dari kamu adalah seorang pria atau wanita, ataupun kamu orang yang pasif ataupun aktif, ya harus ada usahanya. Kira – kira seperti itulah gambaran untuk berusahanya.
Konsep dari ada kesepakatan, ada harga yang harus dibayar untuk mencapai goal kita itulah, makna dari kartu The Devil dengan konteks yang positif. Nah, sekarang, bagaimana dengan makna The Devil dalam konteks negatif?
Sederhananya, makna dalam konteks negatif ya kebalikan dari konteks positif tersebut. Jadi, dari yang semula mendapatkan sesuatu dengan bekerja keras, ya kitanya malas untuk bekerja keras dan maunya jalan pintas bisa cepat kaya. Mau mendapatkan hati si dia, tapi malas untuk melakukan pendekatan, dan alhasil ingin mencari jalan pintas agar si dia bisa langsung jatuh cinta dengan kamu. Caranya? Bisa dengan menggiring ke hubungan toxic, ataupun sesuatu yang membuat si dia ketergantungan denganmu.
Jadi, secara singkat, makna dari The Devil secara umum ya berputar dari sisi membayar harga untuk suatu tujuan, apapun konteks harganya. Namun, kenapa seringkali kartu The Devil dianggap sebagai pertanda buruk?
Pengaruh Film Main Stream Yang Memperkuat Misskonsepsi

Sederhananya, ketika kita bertanya, tau darimana apabila setan itu jahat? Kenapa kartu The Devil seringkali dianggap menunjukkan pertanda buruk? Simple….dari film hiburan.
Banyak sekali berbagai media hiburan fiksi, dimana memposisikan iblis sebagai sosok yang jahat. Lebih tepatnya, premis tokoh utama dalam cerita bernegosiasi dengan iblis untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, iblis mengajukan syaratnya apabila ingin mendapat hal tersebut, dan tokoh yang sama menyetujui syarat tersebut.
Ditambah lagi, seringkali sosok iblis dalam berbagai cerita fiksi tersebut, memberikan syarat yang sebenarnya kompleks, bahkan dia sudah meminta si tokoh utama untuk berpikir ulang atas permintaannya. Namun si tokoh utama dengan cerobohnya mengiayakan syarat yang ada.
Dan ketika apa yang diinginkan terpenuhi, iblis meminta bayarannya atas pekerjaannya. Namun karena iblis dianggap jahat, maka tokoh utama tersebut berusaha menghindari ‘kewajiban’ dia dalam membayar.
Namun apabila kita melihat dalam kacamata netral, dan untuk sementara, mencabut nama Iblis tersebut, katakanlah menjadi nama Agus misalnya…, maka berbagai cerita tersebut, seringkali bukanlah cerita seputar kejahatan dan orang yang berusaha lari dari kekuatan jahat tersebut. Melainkan menjadi cerita seseorang yang sudah mengerjakan kewajibannya, meminta hak, namun end up pemberi kerja lari tidak mau membayar hak pekerja tersebut.
Terdengar ‘lucu’ bukan?
Makna Umum The Devil
Dengan demikian, makna umum yang seringkali ditunjukkan dalam kartu The Devil, itu sebenarnya betul: sesuatu yang toxic, ketergantungan akan sesuatu, kecanduan, godaan materi, dan lain sebagainya. Namun itu hanyalah 50% betul karena hanya mengcover sisi buruknya.
Sisi positifnya? Dan yang seringkali belum terpikirkan (karena ‘cuci otak’ media fiksi tersebut) , adalah melakukan sesuatu dengan proses, adanya ikatan kerjasama yang sepandan, adanya moderasi dalam mengejar materi. Sekaligus memahami bahwa materi itu memang penting. Namun dicari dan didapat dengan sikap moderat dan seimbang. Karena kita tahu dampaknya ke pola pikir kita apabila kita terlalu terobsesi dengan materi.
Sehingga berikutnya, apabila kita sedang membacakan kartu tarot ke orang lain, apabila keluar kartu The Devil, menurut saya, ini bisa saja menunjukkan adanya peluang tertentu yang cukup ‘menggoda’ dan sayang untuk ditolak. Namun perlunya kehati – hatian dan meneliti terlebih dahulu berbagai point peluang dan kesepakatan yang ada didepan. The Devil seringkali dalam bacaan, bukan menunjukkan godaan melakukan sesuatu yang buruk; melainkan godaan untuk mengabaikan berbagai detail yang ada sebelum melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penanya.