Tarot Reading and Other Divination Tools: Real vs Cold Reading
Bagi yang sudah lama berkecimpung didunia tarot dan berbagai macam bentuk divination lainnya, maka mayoritas pelaku divination melihat apa yang mereka lakukan adalah nyata dan bukan dibuat-buat. Divinator melihat solusi2 yang mereka berikan murni terinspirasi dari segala aspek: bawah sadar, intuisi, dari Atas, dan masih banyak lagi aspek lainnya. Dengan demikian, divinator percaya mereka memang benar-benar bisa membantu klien dan klien sendiri pun benar-benar terbantu dengan keberadaan para divinator.
Oh iya, saya tidak menyebutkan pelaku tarot reading, i-ching, feng shui, dll sebagai tukang ramal atau fortune teller karena saya lebih melihat mereka semua sebagai konsultan yang bertujuan membantu orang, bukan untuk memeras duit orang. Apalagi stigma tukang ramal memang sudah jelek , jadinya saya sendiri membiasakan diri untuk menyebut mereka divinator atau konsultan.
Back to topic,…. disisi lain, ada sudut pandang lain di kalangan para pesulap, magician, terutama para mentalist yang notabene mempelajari psikologi terapan secara cukup mendalam (karena tuntutan profesi mentalist memang berat ke psikologi), justru melihat apa yang para divinator lakukan, itu tidak lebih dari cold reading.
Pertanyaannya, apakah cold reading itu?
Sebenarnya banyak sekali buku yang mengajarkan tentang cold reading, meskipun buku2 tersebut masih buatan diluar Indonesia. Untuk itu, saya akan membeberkan secara singkat saja disini.
Cold reading sendiri merupakan tehnik dimana pelaku cold reading sendiri bisa mengambil beberapa kesimpulan dari diri klien, yang kalau dikelompokkan menjadi 2 cara umum:
– melihat dari petunjuk2 non-verbal dan fisik dari klien sendiri
– memancing klien untuk mengutarakan informasi yang bersifat pribadi dengan pendekatan psikologis
Apabila, para divinator meyakini bahwa mereka bisa mengetahui keadaan klien dari intuisi mereka, maka orang yang menggunakan cold reading sendiri bisa mengetahui keadaan klien menggunakan logika yang diselubungkan seakan-akan mereka memiliki indera ke-6.
Contoh kalimat-kalimat yang menggunakan bahasa cold reading sendiri sebenarnya mudah kita jumpai; dimana yang paling sering kita jumpai adalah di majalah atau tabloid atau koran di bagian zodiak atau feng-shui. Contoh2 yang kita temui di media cetak tersebut bisa dikategorikan sebagai “kalimat umum” atau “generalization sentence” seperti:
Keuangan: anda akan mengalami pengeluaran yang lebih boros di bulan-bulan ini, jadi lakukan penghematan dan alokasikan keuangan anda secara lebih disiplin.
–> Kalau kita teliti lebih lanjut kalimatnya, sebenarnya kalimat ini memiliki 2 kemungkinan makna tersendiri:
1. Kalau orang yang melihat saran diatas MEMANG boros dalam mengeluarkan uang, maka kalimat diatas menjadi bentuk nasehat yang bagus. Karena penulis merasa mengenal pembaca yang perilakunya boros.
2. Kalau orang yang melihat saran diatas TERNYATA DISIPLIN dalam mengeluarkan uang, maka kalimat diatas menjadi bentuk PEMBENARAN kalau dia harus disiplin dalam mengeluarkan uang.
Dengan kata lain, apapun sudut pandangnya, kalimat diatas menjadi semacam win-win solution bagi penulisnya.
Berikut contoh lainnya yang menggunakan cold reading….
Cinta: ujian cinta akan mendatangi anda. Cobalah untuk melihat sisi positifnya ketimbang sisi negatifnya dari perjalanan cinta anda.
–> kalau diteliti lebih lanjut, kalimat ini juga termasuk win-win solution:
1. Apabila pembaca memiliki pacar dan sedang ada masalah dengan pacarnya, maka otomatis mereka melihat kalimat diatas sebagai suatu nasehat yang sangat penting.
2. Apabila pembaca memiliki pacar namun tidak sedang dalam masalah, ATAU pembaca ternyata masih single, maka pembaca melihat hal diatas sebagai naehat agar berjaga-jaga dan menyiapkan mindset positif APABILA ada cobaan dalam cinta.
Sekali lagi, ini menjadi win-win solution bagi penulisnya
Masih banyak metode cold reading yang dimana selain kalimat2 umum, kita bisa mengambil petunjuk2 dari fisik klien. Sebagai contoh:
– Klien yang memakai kacamata, bisa dikatakan klien suka membaca buku atau membaca tulisan2
– Apabila kacamatanya agak miring kekiri (dari sisi klien), bisa dipastikan klien adalah orang yang kidal.
– Kalau ada sedikit gelambir di sisi perut klien (terutama wanita), kemungkinan besar klien suka berolahraga, namun sekaligus juga suka ngemil.
– Kalau klien suka menggigit bibirnya pada saat menyimak kita berbicara, maka secara tidak sadar, klien sedang gelisah atau penasaran akan petunjuk yang kita utarakan.
Dan masih banyak lagi petunjuk yang bisa didapat seiring dengan bertambahnya jam terbang.
Memang bagi kelompok divinator, apa yang mereka lakukan itu mereka percaya adalah real, dan bisa membantu orang. Sedangkan bagi kelompok magician, mereka lebih berpandangan untuk melakukan divination, cukup dengan menggunakan cold reading, maka hasil yang didapat pun juga sama. Masalahnya adalah, karena cold reading menggunakan pendekatan psikologis, para magician mengklaim bahwa apa yang dilakukan para divinator ada bentuk -penipuan-. Kenapa dianggap menipu? Karena umumnya divinator mengaku ilmu yang mereka dapat berdasarkan dari intuisi dan bantuan dari berbagai pihak seperti spirit2, dan entitas2 lainnya……padahal itu semua tidak lebih dari analisa psikologis.
Nah, lebih kurang ajarnya lagi…..justru karena anggapan bahwa apa yang dilakukan divinator itu adalah cold reading, maka banyak sekali buku2 yg berlabel “cara meramal yang baik” yang isinya adalah bagaimana melakukan cold reading yang dibungkus dengan cerita2 supranatural untuk meyakinkan klien. Inilah yang menyebabkan di negara2 modern, divination memiliki image yang buruk. Karena meskipun apa yang kita lakukan adalah real, namun anggapan skeptis magician merusak itu semua. Dan percaya atau tidak, ini juga dilakukan oleh sebagian besar dukun2 amatir di Indonesia untuk menggali informasi dari klien sekaligus memeras duit dari mereka TANPA sedikitpun membantu dari sisi mistisnya.
Nah….dari sini, yang akan saya tekankan adalah, bukan untuk memaksakan diri para divinator agar murni bergantung kepada intuisi dan bantuan2 spirit semata. Namun kita perlu menyadari, setinggi apapun tingkat penguasaan kita terhadap tarot dan apapun alat yang kita gunakan, kita perlu sadar bahwa…
Mengapa kita ujung2nya akan memakai keduanya? Karena ada berbagai hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Untuk membuat raport ke klien di awal2, agar klien marasa nyaman berbicara dan lebih terbuka dengan kita, maka kita memang perlu bertanya segala hal secara lebih detail mengenai masalah klien. Hal ini juga membantu kita membuat analisa objektif mengenai klien. Sampai tahap ini, biasanya intuisi kita belom begitu berperan.
2. Intuisi kita TIDAK 100% BERJALAN SETIAP SAAT.
Adakalanya intuisi kita memang tidak berjalan semestinya, entah karena kecapekan psikis, dsb dsb. Oleh karena itu, kadangkala kita memang mesti lari ke cold reading untuk mendapat analisa dari klien, kemudian membandingkan dengan analisa dari kartu tarot (atau alat lainnya), barulah memberi berbagai masukan atau solusi.
3. Adakalanya kita menemukan klien yang tidak kooperatif
Tergantung dari tingkat sensitifitas dan kemampuan divinator, apabila menemukan klien yang tidak kooperatif, maka seringkali intuisi kita menjadi buntu (pengecualian kalau divinatornya sudah tingkat tinggi yah). Maka dari itu, untuk membuat klien lebih terbuka dan kooperatif, mau tidak mau kita perlu melakukan cold reading dahulu agar klien mau lebih terbuka. Apabila kita langsung ‘menghajar’ klien dengan intuisi atau tehnik lainnya, maka hasilnya akan menjadi bagaikan perjudian. Kalau hasilnya benar, klien akan lebih terbuka….kalau salah, maka klien semakin tidak percaya kepada kita. Amat sangat dihindari untuk terjadi ‘pertempuran kemampuan’ antara klien dengan pembaca karena hasilnya memang ga ada yang berakhir bagus:klien merasa divinator nya sangat bodoh dan amatir, divinatornya merasa kliennya tidak mau bekerja sama.
4. Adakalanya kita diminta untuk membaca secara massal (dalam jumlah sangat banyak)
Saya sendiri perna diminta untuk membaca orang secara ringkas dan singkat untuk 5 – 10 orang berturut-turut dalam waktu hanya 10 menit. Dalam situasi ini, kita memang tidak bisa membaca secara detail dan terperinci. Daripada menguras stamina psikis saya yang lebih penting dipakai untuk bacaan yang lebih serius, maka saya lebih lari ke cold reading. Hasilnya, justru mengundang banyak klien untuk diminta dibaca secara lebih mendetail. Disaat itulah baru saya menggunakan intuisi saya dan berbagai faktor pendukung lainnya.
Akhir kata, daripada memusingkan diri dengan ‘melawan’ para magician yang menganggap para divinator adalah ‘penipu’ kelas kakap (padahal magician juga melakukan trik untuk menghibur participant), menurut saya, ambil saja sisi positifnya dimana kita memang memakai kedua hal tersebut (pembacaan real dan cold reading) dalam waktu dan kesempatan yang sesuai.
Sekian dulu tulisan saya, semoga membantu.
Posted on January 13, 2011, in article, case study, Fudoh, Tarot and tagged advanced, artikel, cold reading, materi, pembacaan, tarot. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0